Senin, 23 Agustus 2010

Rencana Perpustakaan Daerah Akrabi Pembaca Anak-Anak

Relakan Ruang Rapat untuk Ruang Baca 

Gagasan menggaet pembaca dari kalangan anak-anak, menjadi agenda terbaru Perpustakaan Daerah (Perpusda). Dengan konsep friendly dan tidak menjemukan, akan dipersiapkan ruang khusus baca anak-anak lengkap dengan koleksi bukunya. Seperti apa?

HALIMATU HILDA, Kudus

---

IDE menyediakan ruang baca khusus anak-anak, menurut kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kudus, Yuli Kasiyanto, bermula ketika ada kunjungan dari siswa sekolah dasar (SD) beberapa waktu lalu. Ia pun sangat senang, manakala ada kunjungan tersebut. Puluhan siswa datang ke perpustakaan yang sekarang berlokasi di samping GOR dan stadion Wergu Wetan, Kecamatan Kota.

Disambutlah puluhan siswa tersebut untuk menuju ke ruang baca yang ada di lantai II gedung Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. Sesampainya di sana, para siswa, kebingungan melihat tingginya rak buku (jika dibandingkan tinggi badan mereka, Red) dan jajaran rak buku yang cukup banyak.

"Untuk menjangkaunya kan susah. Karena rak bukunya tinggi-tinggi. Belum lagi ketika melihat bukunya, mereka kebingungan," ujarnya.

Walhasil, kunjungan perpustakaan itu tidak dapat maksimal. Keinginannya untuk membaca buku ''khas" mereka urung dilakukan karena ketidaktahuan buku mana yang layak dibacanya. Apalagi, rata-rata kondisi bukunya sudah mulai usang. "Jika dilihat secara sekilas bukunya tidak ada yang menarik perhatian mereka. Meskipun sudah banyak buku baru," tambah Yuli.

Sehingga, kedatangan anak-anak kala itu malah berlari-lari ke sana kemari. Kondisi perpustakaan yang sekarang, tidak dapat mampu menyedot perhatian mereka, untuk membaca koleksi buku yang dimilikinya. Dari situlah, ia mulai tersadar, perpustakaan harus akrab terhadap golongan pembaca satu ini.

"Saya senang ada kunjungan ke perpustakaan. Tapi saya malah malu sendiri, dengan fasilitas yang ada," ungkapnya.

Semangat anak-anak mengunjungi perpustakaan, patutlah disambut gembira. Sebab, itu adalah pengalaman terbaru mereka dalam menggugah motivasi untuk menyukai buku. Manakala jika tidak didukung dengan sarana dan prasarana di perpustakaan, lanjutnya, agaknya sulit mendekati kalangan anak-anak.

"Di situlah kami berusaha memutar ide untuk menyediakan fasilitas itu. Beruntung, selain dari dana APBD, dalam tiga tahun ini kami mendapatkan dana block grant, rencananya akan kami kembangkan ke sana," ujarnya.

Rencana pengembangan itu sudah mulai dicicil. Misalkan, pengadaan koleksi bacaan yang sudah masuk dalam proses pembelian oleh rekanan. Kemudian, pembelian rak buku yang telah didatangkan. "Rak bukunya kami berikan yang pendek-pendek. Supaya mereka mudah meraihnya," tambahnya.

Selanjutnya, warna ruangan pun akan disulap dengan warna menyenangkan. Sehingga kesan menjenuhkan dan membosankan sirna. Melainkan warna cerah yang didukung dengan koleksi buku yang disesuaikan usia anak-anak, membuat perpustakaan nantinya sebagai rekreasi edukasi.

"Targetnya memang menjadi wahana rekreasi edukasi. Di mana, tidak melulu rekreasi di wahana permainan tapi dengan membaca buku pun dapat memperoleh hiburan," ungkapnya.

Untuk mewujudkan itu semua, pihaknya memang tidak perlu mengorbankan ruangan yang sudah ada. Hanya, akan memaksimalkan ruangan yang belum berfungsi dengan baik. "Kami akan gunakan ruang rapat sebagai ruang baca anak-anak. Sehingga seramai apapun tidak akan mengganggu ruang baca untuk masyarakat umum," tambahnya.

Keinginannya mewujudkan ruangan itu tidak terlepas dari keinginan membidik para generasi muda. Karena ia percaya, dengan memberikan "isian" pengetahuan yang positif sejak dini, akan membentuk karakter di masa depan.

"Buku merupakan jendela dunia. Kalau anak diperkenalkan sejak dini, tentu akan mempengaruhi karakter positif pada masa yang akan datang," harapnya. (*/rus) 
sumber : http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=176290 
READ MORE - Rencana Perpustakaan Daerah Akrabi Pembaca Anak-Anak

Senin, 31 Mei 2010

Taman Bacaan dan Sukses Triyan

  • Oleh Agus M Irkham
ADALAH Fitriyan Dwi Rahayu. Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, itu tidak saja ditelepon Presiden SBY, tapi juga dicium Gubernur Bibit Waluyo. Telepon dan cium itu didapatkan Triyan, sapaan akrabnya,  lantaran dia memeroleh nilai ujian nasional (UN) tertinggi tingkat nasional.  Nilai yang dicapai dari 4 mata pelajaran hampir sempurna yakni 39,8 atau dengan nilai rata-rata 9,95.

Apa rahasianya, hingga Triyan mampu mendapatkan nilai hampir sempurna? Ini yang tidak banyak diungkap, salah satunya adalah karena ia rajin membaca. Membaca apa saja. Kebetulan rumah orang tuanya, menjadi tempat perpustakaan umum kelurahan (TBM, taman bacaan masyarakat). Tidak kurang 5.000 eksemplar buku dan majalah terdapat di TBM tersebut.

Di sinilah Triyan banyak menghabiskan waktu menurutkan kegemarannya membaca. Kebiasaan membaca tersebut membuat Triyan merasa lebih mudah saat  memelajari/belajar sesuatu. Apa pun itu. Termasuk mata pelajaran sekolah. Buat penyuka novel Laskar Pelangi ini, membaca sama dengan belajar.

TBM merupakan salah satu program aksi peningkatan dan pengembangan budaya baca. Program ini digagas sebagai bentuk sikap afirmatif pemerintah Indonesia terhadap Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan (Literacy Initiative for Empowerment-LIFE) canangan UNESCO. Inisiatif tersebut dipahami sebagai kerangka kerja strategis global sebagai kunci mekanisme pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran Dasawarsa Keaksaraan PBB (United Nations Literacy Decade-UNLD) pada skala internasional.

Secara khusus TBM dimaksudkan pula untuk mendukung program pendidikan keaksaraan sehingga para aksarawan baru tidak menjadi buta aksara kembali akibat ketiadaan sarana pendukung untuk mempertahankan kemampuan membaca. Dengan deskripsi yang berbeda, TBM merupakan sarana pembelajaran dan hiburan masyarakat, serta sarana untuk memperoleh informasi.

Harapannya pada masyarakat masyarakat akan tumbuh minat, kecintaan, serta kegemaran membaca dan belajar,  sehingga dapat memperkaya pengetahuan, wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, pemahaman norma dan aturan, sekaligus juga dalam hal pemberdayaan masyarakat. (Dikmas, 2009).

Sampai dengan akhir 2007, jumlah TBM di Jawa Tengah tak kurang ada 281. Cukup tinggi mengingat tahun 2003-2005 masih 139. Peningkatan jumlah tersebut erat kaitannya dengan program pengentasan buta huruf yang digeber pemprov. Hal ini wajar karena angka buta huruf masih terbilang tinggi.
Tingkat Kemiskinan Sampai dengan akhir 2008, jumlah penduduk buta aksara berusia 15 tahun ke atas 1.872.694 orang (674.170 laki-laki, dan 1.198.524 perempuan). Jumlah total itu sekitar 7,80 persen dari total angka buta huruf nasional yang berjumlah 10.162.410 orang. Jumlah penduduk buta huruf tersebut, jika dilihat dari angka absolutnya—dibandingkan dengan 32 provinsi lainnya—Jawa Tengah menduduki peringkat kedua, setelah Jawa Timur. Padahal berdasarkan riset literasi  UNESCO ada pertalian erat antara kebutahurufan dan  tingginya tingkat kemiskinan.

Berdasarkan beberan angkaa tersebut, fokus kegiatan TBM memang belum bisa dilepaskan dari program pengentasan buta huruf dan ’’merawat’’ yang sudah melek huruf agar tidak kembali menjadi buta huruf. Hanya saja, andai kedua fokus kegiatan tersebut 100 persen tercapai, pertanyaan besarnya adalah program apa lagi yang harus dilayankan ke masyarakat?

Pada titik itu, saya kira kisah sukses Triyan mendapati dasarnya. TBM harus pula memberikan fasilitasi pada anak-anak sekolah (siswa) baik SD, SMP, maupun SMA. Bentuk fasilitasi itu berupa penyediaan buku bermutu, penuh inspirasi, memberdayakan, serta sesuai dengan tingkat kebutuhan (preferensi) siswa. Ini penting, karena hanya pada siswa yang gemar membaca sajalah, mata pelajaran rumit dapat dipahami secara lebih mudah. 
Selain itu banyak membaca akan memberikan pula beragam perspektif kepada siswa.

Mereka akan mengenakan banyak ’’kacamata’’ saat memandang satu situasi. Yang tak kalah penting, melalui aktivitas membaca mereka akan dihadapkan pada satu dunia yang penuh dengan kemungkinan, harapan, kesempatan, dan cita-cita. (Rahmawati-Ed, 2002).

Perluasan kelompok sasaran TBM ini sekaligus bisa melengkapi, untuk tidak menyebut menutupi, bolongnya sistem di pendidikan (sekolah) kita. Lubang itu berupa kondisi perpustakaan sekolah yang hidup segan mati tak mau. Adanya tidak menggenapkan, ketiadaannya tidak mengganjilkan. (10)

— Agus M Irkham, editor dan penulis buku, Kabid Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum TBM

sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110403/10/Taman-Bacaan-dan-Sukses-Triyan-
READ MORE - Taman Bacaan dan Sukses Triyan

Senin, 24 Mei 2010

Minat Belajar Anak Besar Jika di Rumah Ada 20 Buku Bacaan

img
Ilustrasi (foto: getty images)

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Nevada, Tidak peduli latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan maupun kelas sosial, pengaruh buku bacaan terhadap minat belajar ternyata cukup besar. Tak perlu banyak-banyak, sebuah penelitian membuktikan bahwa 20 buku sudah bisa memberikan efek tersebut.

Dikutip dari Telegraph, Selasa (25/5/2010), penelitian yang dilakukan di Nevada University ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat baca di sekolah. Guru cenderung mengabaikan pentingnya baca buku, dan beralih ke Lembar Kerja Siswa (LKS) demi mengejar target lulus ujian.

Michael Rosen, seorang mantan penulis buku untuk anak prihatin melihat hal itu. Menurutnya banyak anak yang menjalani pendidikan formal selama sekian tahun, tanpa pernah membaca buku meski hanya untuk satu jilid novel.

Padahal efek dari membaca terhadap minat belajar cukup signifikan. Penelitian membuktikan, anak yang sejak kecil banyak membaca cenderung untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Research in Social Stratification and Mobility tersebut telah membuktikan hal itu. Tidak bisa dianggap remeh, sebab penelitian tersebut melibatkan tak kurang dari 70.000 orang dari 27 negara.

Terungkap dalam penelitian itu, koleksi sebanyak 500 judul buku dapat memperpanjang waktu yang dihabiskan seorang anak untuk menempuh pendidikan. Rata-rata anak tersebut menempuh pendidikan 3 tahun lebih lama
dibandingkan yang kurang banyak membaca.

Di beberapa negara seperti China, efeknya terhadap minat studi lebih panjang yakni hingga 6 tahun. Sementara di Amerika Serikat hanya 2 tahun lebih lama.

Artinya, anak tersebut tidak berhenti pada jenjang pendidikan tertentu melainkan meneruskan ke jenjang berikutnya. Ini tidak dialami oleh anak yang tidak atau kurang banyak membaca.

Dan hasil penelitian tersebut menegaskan, faktor yang mempengaruhi bukan tingkat pendidikan orang tua maupun pekerjaannya. Buku jauh lebih memberikan pengaruh terhadap kecenderungan untuk lebih lama bersekolah.

Bahkan tidak harus 500 buku, cukup dengan 20 buku saja anak sudah termotivasi untuk belajar lebih lama. Studi pendahuluan yang menyertai penelitian itu juga mengungkap, buku sejarah dan ilmu pengetahuan memberikan efek lebih besar dibandingkan jenis buku yang lain.
sumber : http://health.detik.com/read/2010/05/25/094524/1363481/764/minat-belajar-anak-besar-jika-di-rumah-ada-20-buku-bacaan?l991101755
READ MORE - Minat Belajar Anak Besar Jika di Rumah Ada 20 Buku Bacaan

Senin, 12 April 2010

Kemendiknas Rintis Taman Bacaan Masyarakat di Mall


Jakarta, Selasa (23 Februari 2010)
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan merintis taman bacaan masyarakat (TBM) berbasis masyarakat di pusat perbelanjaan atau mall. Sarana pendidikan untuk menjangkau para pengunjung mall ini mengusung branding TBM@mall.
"Kita akan membangun perpustakaan- perpustakaan, library-library corner, baik di pusat-pusat keramaian misalkan di mall-mall termasuk juga di taman bacaan-taman bacaan atau pusat bacaan masyarakat di beberapa daerah. Itu yang kita perkuat, sehingga anak-anak kita bisa membaca secara langsung dan gratis," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh usai membuka Kompas Gramedia Fair di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (23/2/2010).
Mendiknas menyampaikan, pengembangan keterjangkauan pendidikan terkait dengan biaya pendidikan mulai dari biaya langsung seperti SPP sampai dengan uang saku. Oleh karena itu, kata Mendiknas, mengembangkan buku yang murah adalah bagian dari membangun keterjangkauan. "Kita pun akan bekerjasama dengan para penerbit untuk memproduksi dan mencetak buku-buku yang bisa terjangkau," katanya.
Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Dir Dikmas Ditjen PNFI) Kemendiknas Ella Yulaelawati mengatakan, pusat perbelanjaan atau mall akan menjadi pusat kebudayaan. Dia menyebutkan, 50 persen pengunjung adalah remaja, 25 persen di bawah remaja, dan 25 persen di atas remaja. "Jadi dengan TBM multifungsi dalam artian dia bisa belajar sepanjang hayat. Bapak-bapak yang mengikuti istrinya bisa singgah di situ," katanya.
Ella menyebutkan, fasilitas ini akan dilengkapi dengan kid corner atau pojok anak sebagai balai belajar bersama. Selain itu, dapat dijadikan sebagai galeri untuk anak-anak yang belajar di luar sekolah memajang hasil karyanya. "Murid sekolah rumah yang belajar di komunitas home schooling bisa pajangkan karyanya di situ dan juga bisa untuk anak-anak usia dini untuk belajar. Jadi segala bentuk pembelajaran yang lebih instan," ujarnya.
Pemilihan buku-buku koleksi TBM@mall disesuaikan gaya hidup para pengunjung mall. Buku-bukunya bersifat lebih instan, menarik, dan berisi rujukan-rujukan informasi untuk pembelajaran sepanjang hayat. "Di samping itu kita juga memahami ada komunitas-komunitas khusus. Bukan berarti hanya memikirkan untuk komunitas gaya hidup mall itu, tetapi kita juga akan melengkapi dengan TBM untuk di tempat tunggu sopir," katanya.
Ella menyebutkan, rintisan TBM@mall akan dimulai di lima pengelola pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain itu, kata dia, akan dirintis pula di Serang, Banten dan Makassar, Sulawesi Selatan. "Kita akan ada MoU dengan pengelola pusat perbelanjaan dan sedang akan dirintis," katanya.
Kemendiknas, kata Ella, akan memfasilitasi dalam bentuk dana stimulan dan bekerjasama dengan sponsor. Dia menyebutkan, untuk rintisan TBM disediakan dana hibah Rp 70 juta, sedangkan jika dilengkapi dengan pembelajaran komunitas dan aktivitas-aktivitas lain disediakan dana Rp 200 juta.*** -GIM-
Sumber : http://www.diknas.go.id/headline.php?id=1359
READ MORE - Kemendiknas Rintis Taman Bacaan Masyarakat di Mall

Minggu, 11 April 2010

Mari Membaca


 
Sumber : Paparan Direktur DIKMAS2009-05-19

 
  • Umur 0 - 5 merupakan masa optimal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
  • Keluarga perlu terlibat sepenuhnya dalam kegiatan membaca untuk anak dan kegiatan berbahasa lainnya
  • Literasi dimulai sejak lahir
  • Tiga tahun pertama adalah masa kritis untuk pencegahan dini dan intervensi
  • Seting rumah dan keluarga sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi awal
  • Pengalaman belajar sebelum masuk sekolah merupakan faktor kunci untuk mahir-wacana
Menciptakan dasar yg kuat untuk masa depan
  • Kemampuan membaca awal membuka pintu masuk untuk semua kemampuan belajar akademik
  • Terdapat kaitan erat antara literasi, kecakapan, percaya diri, dan kesempatan dalam kehidupan




  • Kemampuan literasi yang lemah biasanya berhubungan dengan:
    • Pendidikan yang rendah
    • Sempitnya peluang bekerja
    • Kesehatan
    • Lemahnya investasi sosial
    • Ketergantungan,
    • Pengangguran
    • Kesejahteraan rendah
    • Penghasilan rendah,
    • Pernikahan dini.
Lemahnya kemampuan membaca
  • Lingkungan berbahasa kurang (stimulasi)
  • Terbatasnya kegiatan berbahasa dan berwacana
  • Terbatasnya waktu dalam kegiatan berbahasa dan berwacana
  • Kurangnya bahan pembelajaran berwacana di rumah akses)
Interaksi dengan bahan bacaan
  • Meningkatkan interaksi dalam keluarga
  • Meningkatkan kemahir-wacanaan sehingga dapat bersikap positip ketika masuk sekolah atau dalam keseharian
  • Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, rasa percaya diri, kemandirian, dan pergaulan
  • Mengurangi tinggal kelas
  • Mengurangi kenakalan anak
  • Meningkatkan peluang untuk pendidikan dan kehidupan
  • Meningkatkan kemampuan kapasitas keluarga
  • Meningkatkan interaksi sosial
Cara Menumbuhkan Minat Baca
  1. Bacakan Buku Sejak Anak Lahir,
    Hasil penelitian bayi yang terbiasa diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita (bahkan sejak di dalam kandungan) akan mempunyai kemampuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang hanya didiamkan saja
  2. Kunjungi Toko Buku/Perpustakaan/TBM,
    Jadikan toko buku sebagai tempat singgah yang menyenangkan bagi anak dengan membiasakan mereka untuk mengunjunginya. Tanamkan sikap selektif dalam memilih buku kepada anak. Selain toko buku, dorong anak untuk rajin mengunjungi perpustakaan yang bisa mereka akses
  3. Ciptakan Perpustakaan Keluarga,
    Jika memungkinkan, buat perpustakaan keluarga di rumah, mulailah dari yang sederhana. Selain perpustakaan keluarga, taruhlah buku-buku di tempat yang biasa digunakan anak misalnya di ruang tidur, ruang tamu, ruang main, teras, dll
  4. Tukar Buku dengan Teman,
    Jika dana terbatas, siasati dengan saling tukar buku dengan teman. Ajak orang tua lain untuk melakukan hal sama dengan catatan menjaga kebersihan dan keutuhan buku. Hal ini untuk menghemat sekaligus memperluas wawasan anak dengan banyak buku yang sudah dibaca.
  5. Hilangkan Penghambat seperti TV atau Playstation,
    Dianjurkan untuk mengendalikan pemakaian televisi mengingat tayangan-tayangan yang sering kali tidak sesuai norma masyarakat.
  6. Jadikan Buku sebagai Hadiah (reward),
    Pilihlah buku sebagai hadiah jika ada acara-acara penting, seperti ulang taun, kenaikan kelas, dll. Jadikan buku sebagai barang berharga yang dinanti-nanti.,
  7. Jadikan Kegiatan Membaca sebagai Kebiasaan Setiap Hari,

    Membaca setiap hari akan menumbuhkan minat baca sekaligus membentuk kebiasaan membaca. Luangkan waktu 15 – 20 menit setiap hari untuk membaca.
  8. Buatlah Buku Sendiri,
    Anak akan senang jika membuat buku sendiri, seperti : buku biografi anak, buku tentang orang tua, buku cerita yang digambar sendiri.
  9. Jadilah Teladan,

    Di dalam keluarga teladan orang tua lebih berdampak daripada kata-kata. Biarkan anak melihat orang tua membaca. Jika hal itu sering dilihat anak mereka menjadi terbiasa dengan kegiatan membaca tersebut.
Kesimpulan: Untuk menggairahkan Minat baca, digunakan rumus A-B-C
  • A-Ambil satu buku
    Langkah pertama ini terlihat mudah, namun jika tidak terbiasa untuk ambil buku, maka ini akan menjadi langkah yang akan selalu tertunda sampai akhir hayat
  • B-Baca sampai habis
    Dikenal sebagai home-run method, cara ini memastikan Anda menjadi bergairah untuk membaca buku berikutnya. Buku apa yang terakhir Anda home-run ?
  • C-Ceritakan kepada orang lain
    Menceritakan kembali membuat anda lebih menikmati isi kandungan buku yang telah Anda baca dan pada saat yang sama "mengiklankan" buku itu kepada orang lain sehingga ia tertarik untuk juga membacanya
  •  
  •  
  • sumber : http://www.dikmas.net/dikmas/serba-detail.php?page_name=SERBA%20SERBI&menusub_kode=MNU1304&art_kode=S000002
READ MORE - Mari Membaca

SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN GRATIS


Untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar diperlukan pula peningkatan kualitas lingkungan dan sumber belajar termasuk pula perpustakaan sekolah. Saat ini setiap perpustakaan di sekolah memerlukan sistem informasi yang terkomputerisasi untuk menunjang pelayanannya kepada pengguna perpustakaan. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mengaplikasikan sistem otomasi perpustakaan sekolah. Namun bagi beberapa perpustakaan yang mempunyai dana terbatas, perpustakaan sekolah dan taman bacaan misalnya, computerized systems adalah hal yang tidak mudah untuk diaplikasikan. Beberapa berpendapat sistem manual adalah pilihan terbaik bagi mereka.
Bagi Anda para pustakawan dengan dana terbatas, namun berkeinginan untuk melakukan otomatisasi perpustakaan, Anda dapat menggunakan solusi aplikasi opensource yang gratis namun memiliki fungsionalitas yang tak kalah dengan aplikasi perpustakaan berbayar. Para software creator di Indonesia ternyata telah banyak yang memproduksi aplikasi otomatisasi perpustakaan ini, misalnya Athenaeum Light (selanjutnya disingkat AT), IGLOO dan yang terbaru adalah SENAYAN.
Athenaeum Light , sebuah aplikasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Didik Witono ini menyediakan semua kebutuhan dasar sebuah sistem dalam sebuah perpustakaan. Misalnya fasilitas peminjaman dan pengembalian, sistem pencetak barcode, katalog untuk pengguna, dan yang paling essensial di Athenaeum Light ada tersedianya fasilitas untuk membantu pustakawan melakukan stock opname.
IGLOO adalah aplikasi berbasis web untuk meng-online-kan Database ISIS (CDS/ISIS dan WinISIS) ke media web. Igloo dibuat menggunakan PHP Scripting language ( www.php.net) dan PHP-OpenISIS sebagai backend untuk membaca database natif ISIS. PHP-OpenISIS merupakan port OpenISIS ke PHP dalam bentuk extension. OpenISIS itu sendiri merupakan command-line tool untuk membaca database natif ISIS. Untuk mengetahui lebih banyak tentang OpenISIS, silahkan kunjungi situsnya di http://www.openisis.org
SENAYAN merupakan open source Library Management System. Dikembangkan menggunakan teknologi open source seperti PHP dan MySQL. Senayan menyediakan banyak fitur seperti Bibliography database, Circulation, Membership dan masih banyak lagi, yang akan menolong fungsi otomastisai perpustakaan. Proyek ini disponsori oleh Pusat Informasi dan Humas Depdiknas dan berlisensi GPL v3.
Silahkan kunjungi website masing-masing aplikasi diatas untuk mendapatkan installer dan informasi lebih seputar aplikasi tersebut. Semoga bermanfaat!
Sumber : http://apakabarpsbg.wordpress.com/2008/04/16/sistem-informasi-perpustakaan-gratis-untuk-sekolah/

READ MORE - SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN GRATIS

PERANAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT

Pemberantasan buta huruf akan sangat berkaitan erat dengan isu keadilan yang harus di lakukankan pemerintah terhadap warga negaranya. Dalam konteks ini pada akhirnya pemerintah harus mampu menjamin pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, dimana termasuk di dalamnya ketersediaan buku berkualitas yang murah dan dapat di-akses publik secara mudah. Oleh sebab itu, pemerintah tidak hanya dituntut sebagai regulator, inisiator dan eksekutor tetapi mencakup pula peran dinamisator bagi terjaminnya perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan nasional.

Sebagai regulator

Pemerintah dituntut untuk dapat menghasilkan peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suatu kondisi yang positif dan sehat bagi para pembaca dengan tetap memberi kesempatan bagi berkembangnya industri perbukuan yang adil, transparan dan bertangggung jawab. Seperangkat peraturan yang mampu mengayomi semua kepentingan, terutama di satu sisi, kepentingan sosial bagi masyarakat, dan di sisi lain, kepentingan ekonomi bagi para pengusaha. Keduanya harus bersinergi secara postif  sehingga tercipta suatu keseimbangan dan keharmonisan dimana tujuan akhirnya adalah untuk  mencerdaskan bangsa.

Royalty yang memadai dan manusiawi, harus menjadi sebuah standar yang dapat diterima semua pihak sehingga dapat merangsang para penulis untuk menulis. Begitu juga insentif pengurangan pajak bagi buku-buku yang dianggap berkualitas dan mendasar harus menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi pemerintah. Kebijakan semacam ini  sedikit banyak akan membantu industri perbukuan nasional untuk dapat memproduksi buku secara masal sehingga hasilnya dapat dinikmati semua pihak.

Sebagai inisiator

Pemerintah harus berada di garda terdepan dalam mendorong dan melakukan perubahan yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan secara nasional. Pemerintah harus mau mengambil inisiatif yang positif, bagi ketersediaan buku-buku bermutu dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Hal ini mencakup pula kewajiban pemerintah untuk mengambil inisiatif terhadap kemungkinan terjadinya kevakuman ketersediaan buku, akibat liberalisasi pasar maupun sebab lain diluar kendali pemerintah.

Sebagai eksekutor

Pemerintah berkewajiban untuk menjalankan segala peraturan dan perundang-undangan yang ada dengan semaksimal mungkin sehingga tercapai suatu korelasi yang positif dan nyata antara tataran kebijakan dengan realitas yang ada. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem yang mampu mendeteksi setiap bentuk penyimpangan yang kontra produktif sehingga pada akhir merugikan masyarakat pembaca.

Sebagai dinamisator

Pemerintah harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dinamis dimana interaksi antara industri buku dengan pembaca buku berjalan seiring dalam sistem simbiotik mutualisme. Hubungan yang energik dan dinamis harus menjadi roh utama antara penulis, penerbit dan pembaca sehingga memungkinkan terciptanya sebuah ruang yang kondusif bagi tumbuh kembangnya minat baca masyarakat dengan ketersediaan buku yang layak, berkualitas dengan harganya terjangkau.

sumber : http://pustakakita.wordpress.com/2007/05/25/peranan-pemerintah-dalam-meningkatkan-minat-baca-masyarakat/
READ MORE - PERANAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT

Labels

About This Blog

  © Blogger template 'External' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP